Cublak-Cublak Suweng adalah dolanan yang dimainkan oleh bocah cilik yang telah akrab di masyarakat Jawa. Ini adalah permainan anak-anak yang dimainkan pada sore hari atau saat bulan benderang. Liriknya yang sederhana namun
mengandung banyak makna dan mengajarkan kehidupan sedari kecil. Konon permainan ini dikenalkan oleh Walisongo, yaitu Sunan Giri.
Di Jawa sendiri banyak versi lirik ”Cublak-cublak Suweng” tergantung dialek dan nenek moyang yang mewariskannya secara turun-temurun, namun secara garis besar memiliki makna yang sama.
Permainan ini dilakukan oleh sejumlah anak-anak. Satu anak duduk telungkup seperti posisi
sujud dan memejamkan matanya sementara anak-anak lainnya duduk
mengitarinya. Tangan anak-anak tersebut dalam posisi menengadah
menunggu giliran sebuah batu kerikil yang nanti akan jatuh dalam salah
satu genggaman tangan seorang anak. Sambil menggilir batu tersebut anak-anak
menyanyikan lagu ini:
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak gempo lerak-lerek
Sopo ngguyu ndelekakhe
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak gempo lerak-lerek
Sopo ngguyu ndelekakhe
Sir-sir pong dele gosong
Sir-sir pong dele gosong
Selesai menyanyi lagu Cublak-Cublak Suweng, anak yang telungkup tersebut bangun dan disuruh menebak siapa yang menggenggam batu kerikil tadi. Bila anak salah menebak maka dia akan diminta telungkup lagi dalam fase permainan berikutnya.
Jika ia dapat menebak dengan benar siapa yang memegang batu kerikil tadi, anak yang memegang batu mendapat giliran telungkup begitu seterusnya selama permainan berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar