RUNTUHNYA KEDISIPLINAN DALAM
KELUARGA
Setiap hari terdengar kegaduhan dari dalam
rumah Ibu Ani. Kegaduhan itu bersumber dari kemarahan Ibu Ani kepada Doni,
anaknya. Penyebabnya, Doni tidak mau mandi. Ini berlangsung setiap hari pada
pagi dan sore hari. Pada akhirnya, Ibu Ani akan selalu menggendong Doni ke
dalam kamar mandi, dan Doni akan terus menangis sampai ia selesai mandi.
Keadaan seperti di rumah Ibu Ani pasti
sering dialami oleh semua keluarga. Ada saja perilaku anak yang membuat
ibu-bapak kesal, misal, anak tidak mau cuci tangan sebelum makan atau anak
tidak mau tidur dan sebagainya. Semua permasalahan itu bersumber pada satu hal
yakni disiplin.
Kata disiplin memang sangat mudah untuk
diucapkan namun sulit untuk dipraktekkan. Tidak ada ibu-bapak yang menginginkan
anaknya tidak disiplin. Kenyataannya, orangtualah yang tidak menyiapkan anaknya
untuk menjadi seorang yang disiplin.
Ada kalanya ibu-bapak tidak memiliki
keteraturan dalam menerapkan sebuah kesepakatan atau aturan. Contoh, saat ini
Doni tidak mau mandi, namun ibu-bapak tidak memberikan sanksi (hukuman)
apa-apa. Pada waktu yang lain, bila Doni tidak mau mandi maka ibu-bapaknya akan
memarahi dan memukul Doni.
Nah, ketidakteraturan ini yang menjadi
salah satu penyebab anak tidak disiplin. Walaupun begitu tidak ada ibu-bapak
yang secara sengaja menginginkan anaknya tidak disiplin. Ibu-bapak selalu
menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Ketidaktahuan ibu-bapak tentang cara
mendisiplinkan anak bisa jadi salah satu penyebabnya. Akibatnya, tingkah laku
anaknya tidak sesuai dengan yang diharapkan lingkungan.
Dalam buku ini akan dijelaskan mengenai
pengertian disiplin, bagaimana cara menanamkan disiplin pada anak dan kiat-kiat
khusus untuk orangtua dalam menerapkan disiplin.
PENGERTIAN DISIPLIN
Disiplin adalah proses bimbingan yang
bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu atau
membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu. Terutama, yang meningkatkan
kualitas mental dan moral. Jadi inti dari disiplin ialah membiasakan anak untuk
melakukan hal-hal yang sesuai dengan aturan yang ada dilingkungannya.
Untuk itu disiplin dapat diartikan secara
luas. Disiplin dapat mencakup pengajaran, bimbingan atau dorongan yang
dilakukan orangtua kepada anaknya. Menerapkan disiplin kepada anak bertujuan
agar anak belajar sebagai mahluk sosial. Sekaligus, agar anak mencapai
pertumbuhan serta perkembangan yang optimal.
Tujuan awal dari disiplin ialah membuat
anak terlatih dan terkontrol. Untuk mencapai itu, ibu-bapak harus mengajarkan
kepada anak bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak pantas atau yang masih
asing bagi anak. Sampai pada akhirnya, anak mampu mengendalikan dirinya
sendiri.
Ketika sudah berdisiplin, anak dapat
mengarahkan dirinya sendiri tanpa pengaruh atau pun disuruh oleh orang lain.
Dalam pengaturan diri ini berarti anak sudah mampu menguasai tingkah lakunya
sendiri dengan berpedoman pada norma-norma yang jelas, standar-standar dan
aturan-aturan yang sudah menjadi milik sendiri. Disiplin juga mampu menumbuhkan
rasa tanggung jawab dalam diri anak.
Untuk itu, orangtua harus secara aktif dan
terus menerus melakukan pendisiplinan itu. Atau, secara bertahap mengembangkan
pengendalian dan pengarahan diri sendiri itu kepada anak.
Cara yang paling baik mendisiplinkan anak
ialah dengan menggunakan pendekatan yang positif. Misal, memberikan teladan,
dorongan, berkomunikasi, pujian dan hadiah. Sedangkan cara negatif untuk
mendisiplinkan anak antara lain dengan memarahi, memukul atau membuat anak
marah sehingga proses belajarnya kurang maksimal.
DASAR-DASAR MENERAPKAN DISIPLIN
Ibu-bapak adalah kunci dari keberhasilan
mendisiplinkan anak. Untuk itu, ibu-bapak sebaiknya mengetahui dan memahami
dasar-dasar menerapkan kedisiplinan untuk memudahkan mendisiplinkan anak.
Berikut ada beberapa dasar-dasar mendisiplinkan anak yang patut dicermati:
1. Tentukan perilaku khusus yang ingin
diubah.
Ibu-bapak hendaknya menyampaikan hal-hal
yang nyata dan bukannya tidak nyata. Jangan hanya mengatakan kepada anak untuk
menjadi rapi; jelaskan bahwa ibu-bapak
ingin agar ia membereskan balok-balok mainannya sebelum ia pergi bermain.
2. Katakan dengan tepat apa yang
diinginkan.
Sampaikan apa yang diinginkan dengan tepat
kepada anak, agar ibu-bapak dapat menunjukan caranya kepada anak. Contoh, jika
menginginkan anak berhenti merengek ketika menginginkan sesuatu. Ibu-bapak
hendaknya menunjukkan kepada anak, cara meminta yang baik. Membimbing anak
dengan cara memperlihatkan contoh tindakan yang diinginkan akan membantu anak
dapat memahami sesuatu dengan tepat.
3. Puji anak jika ia telah melakukan
perintah ibu-bapak.
Pujilah apa yang dilakukan oleh anak.
Jangan sekadar asal memuji anak. Misal, "Bagus sekali Nak, dapat duduk
dengan tenang", dan bukannya, "Kamu adalah anak yang baik
karena dapat duduk dengan tenang." Pusatkan perhatian atau pujian pada
perilaku anak, karena perilaku itulah yang akan dikendalikan.
4. Tetaplah memuji bila perilaku yang baru
memerlukan dukungan pujian.
Jika ingin mengajarkan anak bertingkah laku
baik, cara yang terbaik adalah memberikan contoh tingkah laku yang diinginkan.
Pujian harus tetap diberikan untuk mendorong mengulangi cara yang benar dalam
melakukan segala sesuatu.
5. Hindari adu kekuatan dengan anak-anak.
Gunakan taktik atau siasat untuk menghindar
dari pertentangan antara ibu-bapak dan anak. Contoh, jika ibu-bapak
menginginkan anak tidur lebih awal, coba gunakan teknik mengalahkan waktu. Cara
ini mengalihkan wewenang ibu-bapak kepada benda mati. "Coba Nak, bisakah tidur
sebelum jarum pendeknya tepat di angka 9."
6. Lakukan pengawasan.
Melakukan pengawasan dapat diartikan anak
memerlukan pengawasan yang hampir terus-menerus. Namun, bukan berarti ibu-bapak
harus selalu menemani anak setiap waktu sepanjang hari. Ketika anak sedang
bermain, maka orangtua dapat memantau waktu bermain, membantu anak mempelajari
kebiasaan bermain yang baik dengan waktu yang terbatas.
7.Jangan mengingatkan anak pada
perbuatannya terdahulu.
Jangan mengungkit perilaku salah yang sudah
berlalu. Jika seorang anak melakukan kesalahan, dan terus-menerus diungkit
hanya akan menimbulkan kemarahan. Tindakan ini malah akan meningkatkan perilaku
buruk.
Mengungkit kesalahan yang telah lalu hanya
menjadikan kesalahan itu sebagai contoh yang tidak boleh dilakukan. Tidak
menunjukkan yang harus dilakukan. Mengingatkan anak akan kesalahannya hanya
merupakan latihan untuk membuat kesalahan yang baru
5 LANGKAH MENDISIPLINKAN ANAK
Untuk mendisiplinkan anak memang dituntut
kesabaran dari orangtua. Selain itu, keyakinan atau kepercayaan diri bahwa
ibu-bapak mampu mendisiplinkan anak. Berikut anak 5 langkah yang harus dipahami.
1.Tenang
Bila ingin mendisiplinkan anak menjadi
tenang sebaiknya ibu-bapak harus tenang terlebih dahulu. Jangan dalam
keadaan marah ataupun cemas. Ketika sedang
tenang maka pesan yang disampaikan ibu-bapak kepada anak pun menjadi lebih
jelas diterima oleh anak.
2. Percaya pada intuisi.
Ibu-bapak adalah orang yang paling mengenal
anaknya, sehingga mengetahui perilaku dan sifat anaknya. Ini akan lebih mudah
dalam mendisiplinkan anak. Untuk itu tumbuhkan keyakinan bahwa ibu-bapak mampu.
3. Pemilihan waktu yang tepat.
Mendisiplinkan anak harus pada waktu yang
tepat dan terus berulang secara teratur. Pemilihan waktu yang tepat, tanpa
menunda-nunda akan membuat anak memahami bahwa ia harus melakukan yang diminta
oleh ibu-bapaknya.
4. Percaya pada kemampuan ibu-bapak.
Untuk mendisiplinkan anak membutuhkan
keyakinan bahwa ibu-bapak mampu melakukannya. Jangan mudah menyerah atau pun
mudah terpancing oleh perilaku anak sehingga memnyebabkan kemarahan. Ibu-bapak
harus yakin sudah memiliki kiat-kiat untuk menanamkan disiplin kepada anak.
5. Percaya pada kemampuan anak.
Ibu-bapak harus yakin bahwa anak dapat
didisiplinkan. Bila satu atau dua kali gagal,bukan berarti bahwa anak tidak
dapat disiplin. Percayalah bahwa perubahan tingkah laku pada anak pasti akan
terjadi karena anak mampu untuk belajar disiplin.
Untuk mengajarkan disiplin kepada anak,
sebaiknya tidak hanya dengan perintah atau marah-marah. Bisa jadi anak tidak
memahami keinginan ibu-bapak untuk menerapkan kedisiplinan. Anak malah hanya
menangkap pesan kemarahan ibu-bapaknya. Misal, ibu-bapak sering marah bila
anaknya tidak mau membereskan mainan. Bila mainannya tidak dibereskan maka
ibu-bapak akan memberikan hukuman.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk
mengajarkan kedisiplinan adalah:
Memberikan contoh (menjadi model)
Ibu-bapak harus memberikan contoh dan
penjelasan agar anak memahami manfaat dari disiplin. Namun bila hanya memberi
contoh tanpa menerangkan maksudnya, membuat anak tidak mengerti mengapa ia
harus bertingkah laku baik. Anak hanya melakukan sekadar mengikuti orangtuanya
saja, sehingga terkadang menjadi salah mengartikan contoh yang dilihat.
Memberikan penjelasan dan tanya jawab.
Berikan penjelasan kepada anak, apa yang
harus dilakukan. Jangan lupa untuk menyampaikan pula alasannya. Jelaskan pula
manfaatnya bagi anak bila ia bertingkah laku baik. Ibu-bapak harus yakin bahwa
anak paham akan apa yang dilakukan. Penjelasan harus dilakukan berkali-kali
sampai anak betul-betul bisa melakukan perilaku tersebut dan mengerti kenapa
harus dilakukan.
Selanjutnya, bila anak sudah menguasai
perilaku tersebut, orangtua tidak perlu berada didekat anak agar perilaku yang baik
itu muncul. Anak, akan dengan senang hati memunculkan perilaku tersebut karena
memahami manfaatnya. Misal, anak harus tidur siang, jelaskan kepada anak bahwa
bila ia tidak tidur siang maka sore hari tidak akan mengantuk. Anak bisa main
dan menonton tv. Tetapi, kalau tidak tidur siang maka ia akan mengantuk
nantinya.
Contoh Tahapan Menerapkan
kedisiplinan
Untuk menerapkan kedisiplinan yang harus
diingat oleh ibu-bapak adalah harus bersikap tenang dan tahu keadaan anak,
sehingga tahu kapan waktu yang tepat untuk mendisiplinkan anak. Selain itu,
ibu-bapak harus percaya bahwa ibu-bapak bisa mendisiplinkan anak dan anak dapat
didisiplinkan. Berikut contoh tahapan mendisiplinkan anak untuk membereskan
mainannya setelah digunakan.
Tahap Pertama
Tentukan perilaku yang diinginkan: mainan
yang tadinya berantakan dibereskan masuk ke kotak kembali.
Tahap kedua
Katakan kepada anak apa yang sudah di
tentukan di tahap pertama, dan katakan pula kegunaannya bila anak membereskan
mainannya yaitu anak tidak akan kehilangan mainannya dan mudah untuk mencarinya
kembali bila ia ingin memainkannya lagi (tahap kedua ini bisa diulang-ulang
dengan tanya jawab dengan anak)
Tahap ketiga
Puji anak bila tingkah lakunya sudah baik
yaitu membereskan mainannya dan memasukkannya ke dalam kotak.
Tahap keempat
Bisa terus diulang sampai kedisiplinan yang
diinginkan menjadi menetap pada anak.
TIPS
1. Untuk menerapkan disiplin pada anak, ada
aturan utama yang jelas. Namun tetap ada kelenturan dari aturan disesuaikan
dengan situasi saat itu.
2. Ibu-bapak dan anak harus memperluas
pengetahuan melalui buku, televisi, majalah dan media lainnya.
3. Ibu-bapak tidak memaksakan keinginan
tetapi lebih mengajar dan berbicara dengan anak. Sesuai dengan usia anak.
4. Mendisiplinkan anak tidak hanya dengan
ancaman atau hukuman. Namun dengan membantu anak memahami tujuan atau
keuntungannya, bila ia melakukan perlaku itu.
5. Jangan sering mencela anak sehingga anak
jadi sedih dan malu. Dikhawatirkan nantinya anak bisa tidak percaya diri.
HADIAH, PUJIAN DAN HUKUMAN
Untuk menerapkan disiplin kepada anak,
ibu-bapak kerap memberikan imbalan. Imbalan ini dapat berupa hadiah atau
pujian. Akibatnya, anak ingin mengulangi lagi perilaku itu dengan harapan
mendapatkan hadiah atau pujian kembali. Namun, apakah pemberian hadiah selalu
bermanfaat?
Sebaliknya, bila anak tidak disiplin,
orangtua kerap memberikan hukuman. Tujuan pemberian hukuman ini adalah agar
anak menyadari bahwa perilaku yang telah dilakukan adalah tidak baik. Namun,
bermanfaatkah pemberian hukuman kepada anak?
Hadiah
Ibu-bapak sering mengandalkan hadiah,
khususnya bila menghadapi anak kecil. Ibu-bapak menggunakan uang untuk membujuk
anak agar mau mengerjakan tugasnya. Terkadang ibu-bapak juga menyogok dengan
memberi kue, agar anak mau makan sayur, menempelkan bintang emas di tangan
untuk mengajak anak menggosok gigi secara teratur, dan lain-lain.
Hadiah begitu seringnya dimanfaatkan untuk
membujuk anak. Banyak orang mengira bahwa hadiah merupakan metode yang tepat
agar anak mau mengerjakan perilaku yang diharapkan oleh orangtuanya. Tetapi,
apakah begitu?
Pemberian hadiah akhirnya membuat anak
bosan dan menilai bahwa hadiah adalah hal yang biasa yang selalu akan
didapatnya. Lama kelamaan hadiah akan menjadi kurang baik untuk mendisiplinkan
anak karena:
- Hadiah kehilangan nilainya. Uang, mainan
dan lain-lain akan tidak ada artinya kalau anak sudah memiliki semuanya.
- Anak dapat memperoleh hadiahnya sendiri.
Dengan semakin anak besar maka anak akan dapat menemukan hadiahnya dan
kebutuhannya sendiri.
- Anak hanya akan bertingkah laku baik bila
ada hadiahnya. Bila tidak ada hadiahnya maka tingkah lakunya akan kembali lagi
buruk.
- Anak akan merasa bila tidak ada hadiah
artinya ia dihukum.
Pujian
Selain hadiah ibu-bapak juga sering
memberikan pujian. Arti kata pujian adalah kata-kata yang artinya baik tentang seseorang,
perilaku seseorang, atau prestasi seseorang. Beberapa contoh pesan-pesan
pujian:
- Kamu anak yang baik.
- Kamu sudah menjadi pemain tenis yang
sangat baik.
- Kamu benar karena menolak untuk pergi.
- Rambut kamu bagus sekali.
- Lukisan-lukisanmu indah sekali.
- Permainanmu benar-benar menunjukkan
kemajuan.
- Pekerjaan rumahmu sekarang jauh lebih
baik.
- Kamu pasti mampu mendapatkan nilai bagus.
- Pekerjaanmu sangat menyenangkan.
Pemberian pujian harus berhati-hati, karena
terkadang anak tidak tahu maksud dari pujian itu sendiri. Misal, setelah anak
selesai makan nasi, buah dan minum susu, ibu memuji dengan mengatakan "pintar". Sebaliknya anak menjadi tidak
tahu ia pintar untuk tingkah laku yang mana? Ia pintar karena makan buah atau
makan nasi atau minum susu. Untuk itu, ketika ibu-bapak memuji tingkah laku
anak harus dijelaskan, tingkah laku mana yang dipuji. Misal, "Bagus nak, kamu sudah
menghabiskan susumu."
Hukuman.
Hukuman biasanya diberikan kepada anak,
ketika muncul tingkah laku yang buruk atau tingkah laku yang tidak sesuai
harapan ibu-bapak. Banyak ibu-bapak yang menggunakan macam-macam hukuman selain
hukuman fisik. Misal, dikurung dalam kamar, disuruh tidur tanpa makan malam,
tak boleh main ke luar rumah, tidak diajak omong, merampas mainan kesayangan
anak, memaksa anak untuk menghabiskan makanan yang tidak disukainya, memanggil
anak-anak dengan nama ejekan, membuatnya malu di depan teman-temannya.
Ada cara agar hukuman menjadi berguna
dengan baik, yakni sebagai berikut:
- Bila tingkah laku yang buruk muncul maka
anak diberi hukuman. Ketika tingkah laku itu muncul lagi maka ibu- bapak harus ajeg, tetap memberi hukuman pada
anak.
- Hukuman harus dilaksanakan segera setelah
tingkah laku yang tidak baik dilakukan oleh anak.
- Hukuman seharusnya tidak dilaksanakan di
depan anak-anak lain. Kalau tidak, anak bisa malu dan menjadi marah terhadap
orangtua.
- Ibu-bapak harus menjaga bahwa tingkah
laku yang salah itu, jangan sampai diberi hadiah.
- Anak-anak tidak boleh dihukum terlalu
berat atau terlalu sering, karena anak mungkin akan melarikan diri. Misal,
berhenti berusaha, meninggalkan tempat, berhenti sekolah, lari dari rumah,
keluar dari tim, melarikan diri ke alkohol dan obat bius.
Ketika memberikan hukuman harus diingat,
bahwa hukuman yang diberikan adalah hukuman yang ringan. Jangan sampai hukuman
berat seperti memukul (fisik). Bila orangtua sering memberi hukuman, maka
hukuman ringan akan berubah menjadi hukuman berat. Hal ini dapat terjadi karena
biasanya saat menghukum ibu-bapak dalam kondisi marah sehingga sulit untuk
mengontrol dirinya sendiri.
Adanya hukuman sering membuat anak tidak
paham, kenapa satu perilaku boleh dilakukan dan perilaku lain tidak boleh
dilakukan. Perilaku yang baik muncul di kala orangtua ada, sedangkan dikala
tidak ada orangtua maka perilaku yang buruk akan muncul kembali.
Anak yang biasa dihukum akan meninggalkan
kesedihan, ketakutan, kemarahan yang memengaruhi perkembangan jiwa anak. Selain
itu hukuman yang diberikan pada anak dapat memupuk kekerasan dan kemarahan pada
anak, sehingga nantinya anak dapat menjadi orang yang memiliki sifat keras,
kasar pada orang lain. Melihat dampaknya yang kurang baik maka lebih baik
hukuman tidak digunakan, kecuali dengan pemikiran yang matang dan keahlian yang
baik dari penghukum (orangtua).
PESAN UNTUK IBU-BAPAK
Dengan memahami cara-cara dan aturan yang
harus dikuasai saat mendisiplinkan anak, maka ibu-bapak akan lebih mudah untuk
mengajarkan tingkah laku yang baik kepada anak. Cara-cara yang sudah
disampaikan ini dapat digunakan untuk mendisiplinkan berbagai macam
tingkah laku misalnya makan, menggosok gigi, mandi dan lain-lainnya.
Selain itu perlu diingat bahwa ibu-bapak
pasti dapat mendisiplinkan anak dan ibu-bapak harus yakin bahwa anak pasti
dapat disiplin. Bila kedua hal ini diingat maka ibu-bapak tidak akan cepat
marah ketika sedang mengajarkan disiplin pada anak.
Sumber Bacaan :
Goerge
S. Morrison, Early Childhood Education . Today, Eleventh edition, Peaarson
International Edition, New Jersey, 2009
Robert
S. Siegler., Martha Wagner Alibali, Children. Thinking, Fourth Edition,
Prentice Hall, 2005
Thomas
Gordon, Teaching Children Self-Dicipline, . New York, 1989
Ferry
Wickoff, Barbara Unell, Dicipline without . Shouting or Spanking, 1992
Charles
Schaefer, terjemahan Turman Sirait, Cara . Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan
Anak, Mitra Utama, Jakarta, 1996